Rabu, 13 Januari 2016

Ngenest Movie Review (2016)


Hello!! Selamat tahun baru 2016! Dan ini adalah tulisan pertama gua ditahun 2016 heheheh emang sih dah hampir tengah bulan Januari cuma gua rada sibuk 2 minggu ini dan baru bisa nulis lagi hahahah tolong maafkan saya xoxoxo. Resolusi gua ditahun ini cukup sederhana yaitu gimana blog gua ini bisa berkembang jauh lebih baik lagi dan semoga gua masih terus bisa nulis diblog ini, gimana dengan kalian? apa kalian punya resolusi ditahun ini?.

Beberapa waktu belakangan ini gua ngerasa film Indonesi lagi banyak yang bagus dan mutunya semakin naik walaupun emang ga drastis cuma gua berharap para sineas film indonesia bisa terus ngebuat film yang mendidik, minimal film yang bisa ngebuat penonton tertawa lepas tanpa ada lawakan kotor dan "panas" seperti film yang bakal gua review kali ini Ngenest yang sukses bikin gua ketawa dan berfikir tentang makna apa yang ingin disampaikan oleh Ernest Prakasa. 

Ernest Prakasa sendiri adalah salah satu comic kesukaan gua selaian Raditya Dika, menurut gua Koko Ernest adalah salah satu bukti bahwa seorang comic emang harus cerdas selain pinter ngelawak makanya ketika gua liat trailer Ngenest disaat gua lagi nonton film single jujur aja gua ngerasa tertarik banget buat nonton film ini, karna film ini sama kaya film Raditya Dika dimana film Ngenest ini diadaptasi dari buku yang ditulis Ernest Prakasa dengan skrip yang ditulis langsung oleh Ernest, disutradai pula olehnya dan diperankan olehnya.


Film ini sebenernya mulai tayang dibioskop dari tanggal 30 Desember 2015, cuma karna gua sibuk aka lupa alhasil gua baru nonton pas hari selasa, sebenernya sih niatnya pengen nonton The Forest cuma karna temen gua pengen nonton ini akhirnya gua nonton film ini juga (dipukul Ernest). Dan yang pasti gua sama sekali ga nyesel ataupun rugi karna nonton film perdana yang dibuat oleh Ernest. 


                                                                      gambar 

"Ernest adalah seorang keturunan Cina yang berusaha berbaur dengan pribumi akibat bullying yang ia terima sejak SD oleh beberapa temannya walau begitu Ernest memiliki seorang sahabat keturunan Cina yang selalu menjaganya bernama Patrick. Ernest muda kemudian sadar bahwa ia tidak bisa berbaur dengan pribumi walaupun ia sudah berusaha maka dari itu Ernest memiliki ide untuk memiliki seorang pasangan hidup yang berasal dari pribumi agar ia tidak diejek dan agara anaknya kelak tidak lagi sipit dan diejek hanya karna ia keturunan Cina. 

Ernest kemudian kuliah di Bandung agar bisa mengujudkan cita-citanya yaitu menikah dengan pribumi. Suatu hari ditenpat les bahasa Mandarin ia bertemu dengan Meira yang merupakan keturunan Sunda, Ernest pun jatuh cinta pada Meira dan berusaha mendapatkannya. Setelaj lima tahun berpacaran, Ernest dan Meira pun menikah. Setelah menikah Ernest kembali menghadapi ketakutannya yaitu bagaimana jika anaknya ternyata mengikuti dirinya ketimbang istrinya, bagaimana jika anaknya kelak ternyata bermata sipit dan seperti Cina dan bagaimana jika anaknya kelak menjadi korban bully seperti yang ia alami bertahun-tahun diwaktu sekolah?" 

Gua harus memberikan tepuk tangan yang cukup meriah pada Ernest untuk film perdananya, menurut gua Ernest cukup sukses difilm ini ga heran jika dalam waktu 12 hari Ngenest berhasil meraup 550 penonton film, wow! Namun bukan berarti gua ga kecewa sama film ini ada beberapa hal yang menurut gua kurang banget terlebih detail pada waktu dan tempat di film ini ya walau gua yakin film ini fokus utamanya adalah Ernest dan bagaimana ia menyikapi ketakutan karna ia keturunan Cina. 

Film ini sebernya flash back Ernest yang ia alami sendiri sewaktu kecil sehingga gua cukup yakin kalau setting waktu berkisar diantara tahun 90 an hingga 2000 an namun gua harus kecewa karna point ini terabaikan. Penanda tahun yang terkesan dipaksakan dan ga jelas ngebuat cukup bertanya-tanya sebenernya ini bersetting ditahun berapa? Di beberapa scene yang menggunakan teknologi, kita bisa melihat jika Ernest memegang ponsel yang  cukup jadul, begitu pula dengan keadaan rumah Meira yang terkesan jadul namun tempat kuliah, mobil yang lalu lalang, baju yang dikenakan oleh pemainnya sama sekali tidak menampakkan kesan jadul sama sekali. 

Gua tadinya berfikir kalo film ini akan ngebuat gua ketawa dari awal hingga akhir film namun ternyata film ini ga sepenuhnya ada lawakannya tapi ternyata juga ada sedikit drama terlebih saat Ernest yang bingung ingin memiliki anak atau tidak sehingga berimbas pada hubungannya dengan Meira. 

Mungkin film ini ingin ngebuat penontonnya seperti merasakan naik roller coster, dimana disatu adegan penonton bisa tertawa tapi diadegan berikutnya kita bisa ngerasain ketakutan yang dirasakan oleh Ernest, tapi gua harus bilang adegan difilm ini kurang emosional, adegan dimana Ernest ketakutan dengan pemikirannya kurang dapet. 

Tapi film ini terselamatkan oleh jokes yang dilemparkan baik oleh Ernest ataupun dari para comic yang lain selain itu gua rasa Ernest berhasil menertawakan kehidupannya sendiri. 

Inti dari film ini adalah terkadang kita berusaha menjadi apa yang orang lain ingin lihat ketimbang menjadi diri sendiri dan bagaimana kadang kita berubah menjadi sesuatu yang lain hanya untuk diterima dan diakui. 

Film Ngenest menurut gua berhasil merepresentasikan para minioritas ditengah-tengah mayoritas, dimana film ngegambarin bahwa kadang kita masih suka rasis dengan minioritas dan ga gampang untuk menggambarkan kekalutan yang dihadapi oleh Ernest pada saat itu bahkan sampai menertawakannya. 

Film Ngenest boleh jadi film komedi lelucon hidup ala Ernest Prakasa tapi menurut gua film ini lebih dari itu, menurut gua film ini menggambarkab kekalutan Ernest menjadi seorang keturunan Cina yang hidup ditengah-tengah pribumi yang dibalut komedi. 

Rating Film: 3,5/5, "kadang hidup perlu ditertawakan"-Ngenest.


 

1 komentar: