Senin, 07 Desember 2015

Review Film The Little Prince


"It is only with the heart that the one can see rightly, what is essential is invisible to the eye" -The Little Prince. 

Gua rasa kita sepakat kalo masa kecil itu masa yang paling indah banget dimana kita bisa main tanpa ada satupun orang dewasa yang melarang, dimana kita bisa berimajinasi tanpa harus takut pada apapun, tidak ada beban hidup, tertawa dengan riang. Saat kita masih kecil tentu kita dengan mudahnya berteman dengan siapa pun tanpa takut bahwa teman kita akan berkhianat atau meninggalkan kita dan gua rasa kita sekali lagi akan sepakat jika semakin kita beranjak dewasa hal-hal yang kita rasakan saat kita kecil seperti tertawa, bertemu dengan orang, dan cara kita memandang sesuatu akan semakin berubah. 

Saat kita beranjak dewasa kita semakin dipaksa untuk melihat realita dunia, impian masa kecil dan kenangan akan masa kecil perlahan akan hilang sedikit demi sedikit tapi menurut gua apakah kita akan melupakan mimpi dan kenangan dimasa kecil adalah pilihan kita sendiri. 

Film The Little Prince adalah film yang menganalogikan para orang dewasa dimata seorang anak kecil. FIlm ini menceritakan bagaimana The Little Prince menghadapi para orang dewasa dan bagaimana ia sendiri memandang seperti apa arti dari "menjadi dewasa". Sebuah film yang bagus dimana kalian juga akan dapat sebuah sudut pandang baru dari "apa yang dimaksud dengan menjadi dewasa?".



 


"Seorang Ibu yang ambisius menginginkan putrinya, The Little Girl untuk masuk ke akademi Werth namun usahanya gagal saat The Little Girl tidak mampu menjawab pertanyaan "Kamu ingin menjadi apa saat kamu dewasa nanti?". Sang Ibu yang tidak menyerah kemudian memutuskan untuk pindah rumah dan membuat jadwal kehidupan putrinya dari hitungan menit, jam dan hari agar sang putri bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang hebat. 

The Little Girl mengikuti jadwal yang ia buat oleh ibunya agar ia bisa masuk Akademi Werth sehingga ia belajar terus menerus tanpa henti, bahkan ia sama sekali tidak memiliki teman yang seusia dengannya. 

Suatu malam, saat The Little Girl sedang belajar sebuah pesawar kertas mendarat diatas meja belajarnya, The Little Girl kemudian membuka pesawat kertas yang merupakan potongan sebuah novel beerjudul "The Little Prince". The Little Prince adalah sebuah cerita dimana tokoh utamanya sang pangeran kecil yang merupakan seorang penghuni sebuah planet dimana ia lebih besar dari planetnya sendiri dan ia hanya satu-satunya orang diplanet tersebut. 

The Little Girl kemudian bertemu dengan The Aviator seorang kakek tua yang ternyata adalah tetangga sebelahnya. Keduanya menjadi teman baik, terlebih The Little Girl memiliki masalah dengan ibunya. Konflik dimulai saat sang ibu mengetahui jika selama ini The Little Girl hanya bermain dengan seorang kakek tua yang memiliki pesawat dihalaman belakangnya dan sama sekali melupakan buku-buku yang harus ia pelajari. 

Klimaks dari film ini adalah The Aviator mengatakan bahwa ia harus pergi dan mengalami kecelakaan, itu pula yang membuat The Little Girl menaiki pesawat yang berada dihalaman belakang The Aviator dan mencari The Little Prince tanpa ia tahu jika The Little Prince berubah dari seorang anak kecil polos menjadi seorang dewasa yang tidak memiliki mimpi."

Dari awal film ini emang cukup menjanjikan yang yang bikin gua terpana adalah bagaimana film ini menceritakan hubungan antara The Aviator, The Little Girl dan The Little Prince yang menurut gua amat jenius karna sama sekali ga terpikir kalo film ini menciptakan sebuah cerita didalam cerita. Kenapa gua sebut cerita didalam cerita? karna di film ini sangat jauh berbeda dengan novel aslinya. Menurut gua didalam film ini novel karangan Antoine de Saint-Exupéry yang diterbitkan pada tahun 1943 justru menjadi sudut pandang ketiga dibanding menjadi sudut pandang pertama (tokoh utama) sehingga seolah-olah realitas The Little Girl adalah realitas yang sebenarnya dan The Little Prince adalah sebuah novel dan imajinasi yang keluar dari novel.

Selain mampu menciptakan cerita didalam cerita, keistimewaan film ini juga nampak pada animasinya yaitu penggunaan stop motion animation pada saat menceritakan isi novel dan menggunakan animasi komputer untuk menceritakan film animasi ini. Film yang berdurasi 108 menit ini sukses ngebuat gua ga bisa berkata-kata lagi, imajinasi dan realita yang dicampur ngebuat gua harus tepuk tangan untuk film ini. 

Tapi bukan berarti film ini ga ada kurangnya, kalau kalian udah baca novelnya terlebih dahulu dibanding nonton filmnya kaloan akan menemukan kekurangannya yaitu kurangnya penghuni asteroid yang menggambarkan sifat atau karakter orang dewasa. Didalam novelnya sendiri The Little Prince bertemu dengan keenam penghuni asteroid yang menggambarkan enam sifat atau karakter namun didalam film hanya ada tiga penghuni asteroid yang ia temui namun hal ini tidak mengurangi pesan yang ingin disampaikan oleh film ini. 

Film ini memiliki pesan hal-hal yang sering dilupakan oleh orang dewasa, imajinasi tanpa batas, menikmati hidup dengan kepolosan anak kecil. Menurut gua film ini akan kembali mempertanyakan ke lo semua, seperti menjadi dewasa itu? Dan akan jadi seperti apa kalian saat dewasa. Orang dewasa cenderung terlalu melihat hal-hal yang terlihat dan melupakan hal-hal yang tidak terlihat. Film ini mampu ngebuat gua kembali mempertanyakan arti apa itu dewasa. 

Rating Film: 4,5/5
“Grown-ups never understand anything by themselves, and it is tiresome for children to be always and forever explaining things to them" - The Little Prince





2 komentar: